Gak nyambung bicara dengan pasangan?
Sebel karena maksud hati tak kunjung sampai?
Jangan langsung pasang ancang-ancang untuk bertengkar, tapi tengok dulu penggunaan kata dan kalimat yang kita gunakan. Jangan-jangan hubungan dengan si dia jadi sering ‘korsleting’ gara-gara kita salah pilih kita dan kalimat dalam berbicara. Misalnya saja;
1. Sering menggunakan kata dan kalimat yang berlebihan
Suami meletakkan handuk bekas pakai di atas tempat tidur, padahal basahnya bakal mengotori seprei yang sudah rapi.
Lalu sang isteri berkata, “Kamu SELALU saja bikin aku kesal. Kamu SELALU taruh seprei di kasur meskipun aku sudah SEJUTA kali bilang, habis dipakai, handuk ya dijemur dong! Tapi kamu memang GAK PERNAH mau dengar sih, kalau aku bicara.”
Wah, wah, wah, siapa tak panas dituding SELALU salah? Jangan heran kalau kesalahan malahan bisa berulang, karena, kan ‘sudah’ SELALU terjadi. Bukan tak mungkin saking kesalnya, pasangan malah jadi ngeyel dan berpikir, “Ya sudah, kenapa ribut, kalau memang aku SELALU begitu, sudah biasa dong.” Nah lho.
2. Sering menggunakan kata dan kalimat yang menuduh
Pagi-pagi, sebelum ke pasar, isteri sibuk mencari dompet di atas meja rias. Dalam keaadaan bingung, sang isteri bertanya pada suami, “Ayah, lihat dompet aku gak?”
Sambil meneruskan membaca koran, dengan enteng suami berkata. “Makanya, kalau naruh barang itu yang bener. Jangan digeletakin sembarangan. Kalau hilang bagaimana. Sekarang, sudah mau berangkat, jadi repot sendiri kan, dompet gak ketemu.”
Menyudutkan orang lain memang mudah, kadang malah bisa jadi pelarian untuk bebas dari tanggungjawab. Tetapi, dituding lalai, apalagi saat isteri sedang minta bantuan atau dukungan, tentu tidak akan memunculkan solusi.
Kenapa yakin isteri lalai meletakkan dompet sembarangan, bukan sekedar lupa karena sejak pagi sibuk dengan kegiatan rumah tangga?
Kalau sedang sibuk dan lelah, isteri bisa saja terpancing emosinya dan menjawab dengan gaya no. 1, “Ibu kan sibuk bikin sarapan, ngurusin anak-anak, nyiapin pakaian. Wajar dong kalau ibu lupa. Ayah bukannya bantuin malah ngomong saja bisanya.”
3. Sering menggunakan kata dan kalimat yang mengecilkan arti
Sepulang dari pertemuan, seorang isteri berkata dengan wajah muram pada suaminya,
“Aku sedih deh, tadi dalam pertemuan ada yang bicara soal ibu bekerja. Katanya, ibu yang bekerja anaknya cenderung jadi nakal. Aku jadi tersindir.”
“Alaah baru gitu aja kok dipikirin.”
Aih, kenapa bisa yakin bahwa saat itu sang isteri tidak benar-benar sedang merasa sedih dan butuh tempat curhat? Kalau tidak kepada Anda lantas kepada siapa isteri harus menyampaikan isi hati terdalamnya?
Hati-hati, mengecilkan arti emosi pasangan bisa membuat pasangan jadi merasa diabaikan dan malas membuka diri. Kalau pasangan jadi stress dan merasa tidak bahagia, bagaiman kehidupan keluarga bisa bahagia?
4. Sering membanding-bandingkan situasi
“Tahu gak Mas, suami temen aku, ustadz Dzikri hobi lho bikin sarapan nasi goreng buat keluarganya. Kapan nih Mas bikin sarapan buat kita?”
“Kamu kan bukan nikah sama Ustadz Dzikri.”
Nah lho. Ini jelas tanda bahaya. Tidak ada pasangan yang suka dibanding-bandingkan, apalagi kalau maknanya terasa seperti tuntutan.
Terima saja pasangan apa adanya. Kalau toh punya keinginan, ungkapkan saja setiap keinginan itu tanpa membanding-bandingkan dengan situasi orang lain yang pasti berbeda situasi dan kondisinya.
Salam Ikhlas !
———————–
INFO YATIM:
Program Sekolah Gratis Sampai Sarjana untuk Yatim: hasil test msk SMP/SMA Unggulan dari 8 Anak, 7 anak yg diterima, 1 tdk lolos krn hapalan Al-Qur’annya kurang baik & 2 anak diterima kuliah S-1 Teknik di PT , alhmdlh ► MAN JADDA WA JADA…Siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan berhasil \(^o^)/
Special Thanks:
Doddy P Hidayat (jkt), Elisa Vedelya (jkt), Tini Tiwi (Bdg), Erna Kaniawati (bdg), Diana ZD (bdg), Deni M Sundana/staff TU Magister Unpas (bdg), Nugraha Prasidha (bdg), Erna Sofianti (bdg), Marie Suada (bdg), Shanty Nurmalasari dkk(tgrg), Yuki /Budi (bdg), Nugraha Prasidha (bdg), Sutini (bdg), Reny Purnamasari (bksi), etc
—————————
QUOTE:
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk, mencaci Anda, ataupun berburuk sangka….Ingatlah bahwa Anda menunjukan penghargaan pada orang lain, BUKAN karena SIAPA MEREKA, tetapi karena SIAPA DIRI Anda…