3. Tahan Menghadapi Goncangan Keluarga
Kehidupan keluarga tidak lepas dari berbagai goncangan yang bisa membahayakan keluarga, ada konflik suami-isteri, ketidakharmonisan antara menantu dengan mertua bahkan dengan orang tuanya sendiri, hubungan orang tua dengan anak atau sebaliknya yang tidak menyenangkan, campur tangan keluarga besar dalam menghadapi persoalan keluarga sampai pengaruh tetangga atau masyarakat sekitar yang tidak selalu baik dalam perjalanan keluarga.
Kunci utama untuk memperkokoh ketahanan keluarga dalam situasi seperti ini adalah konsolidasi suami isteri. Ketika ada hal-hal yang kurang menyenangkan dari isteri atau sebaliknya isteri terhadap suami, maka seseorang harus berpikir dan belajar untuk tetap berinteraksi secara baik, karena dibalik itu sebenarnya ada kebaikan yang banyak, Allah swt berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka Karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang Telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS An Nisa [4]:19).
Oleh karena itu, egoisme suami atas isteri atau sebailknya harus bisa dicampakkan, ketika isteri memiliki kekurangan harus juga dilihat kelebihannya yang banyak dan ketika isteri melihat kekurangan pada suami harus juga dilihat kelebihannya yang lebih banyak dibanding kekurangannya.
Inilah yang penting dilakukan, bukan membanding-bandingkan dengan orang lain, apalagi sampai menyesal telah menikah dengannya lalu sampai mengkhayalkan dengan berandai-andai bila jadi menikah dengan orang yang dahulu juga dicintainya. Karena itu, Rasulullah saw mengingatkan kita:
لاَ يَفْرِكُ (يَبْغَضُ) مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرُ
Janganlah seorang laki-laki mukmin membenci isterinya yang beriman. Bila ada perangai yang tidak disukai, dia pasti ridha (senang) dengan perangainya yang lain (HR. Muslim).
(bersambung ketahan keluarga 4)