“Barangsiapa memudahkan kesukaran seseorang, Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).
Tidak mudah merasakan bagaimana sesungguhnya hidup susah, kecuali oleh orang-orang yang sedang mengalami kesusahan hidup. Hanya orang orang tertentu yang mampu merasakan perasaan susahnya orang lain, terutama orang-orang yang tergolong sebagai kaya hati.
Bahkan dalam suatu hadits, Rasulullah SAW mengatakan bahwa kekayaan yang sesungguhnya ialah kaya hati. Hal ini memang sangat kuat alasannya. Orang yang kaya hati, meskipun tidak kaya harta, akan tetap berusaha untuk menunjukkan keprihatinnya terhadap orang lain. Sebaliknya, orang yang kaya harta, namun tidak kaya hati, tidak akan mudah prihatin terhadap nasib orang lain, terutama orang orang yang hidup dalam kesusahan.
Sebagaimana dikatakan dalam hadist di atas, orang yang kaya hati sehingga mau membantu meringankan beban orang susah akan mendapatkan sekurang-kurang dua kemudahan. Pertama, kemudahan hidup sewaktu di dunia. Ada saja pertolongan yang diperolehnya, meskipun bukan melalui orang yang pernah dibantunya. Allah mengirim bantuan melalui tangan hamba hambaNya yang lain. Kedua, pahala yang akan membantunya sewaktu ditimbang amalnya di hari akhirat kelak.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta. Tetapi, sesungguhnya kaya itu ialah kaya jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Syafi’i berkata: “Jika tuan memiliki hati yang lapang (qona’ah) maka tuan dan raja dunia sama (kayanya)”
Oleh itu perbanyaklah berdoa kepada Allah supaya kita dimasukkan ke dalam golongan yang kaya hatinya. Jangan sampai kita menjadi orang yang mati sebelum dimatikan oleh Allah SWT yaitu orang yang mati hatinya.
MUTIARA KATA
Amal yang dilakukan tanpa ikhlas dan pasrah BAGAI musafir yang membawa pasir sehingga memberatkan dan tidak bermanfaat apa-apa.
Salam Iklas!