9. Senantiasa memanjatkan doa, baik ketika lapang maupun kesusahan.
تَعَرَّفْ إِلَى اللَّهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ ﴿أخرجه أحمد والطبراني وصححه الألباني فى صحيح الجامع الصغير 2961﴾
“Ingatlah Allah tatkala kamu dalam keadaan lapang niscaya Allah akan mengingatmu (menolongmu) ketika kamu dalam kesusahan”. (HR Ahmad, Thabrani, hadits shahih).
10. Bertawassul kepada Allah dengan Asma’ul Husna dan sifat-sifatNya yang Mahatinggi, atau dengan amal shalih yang pernah dikerjakannya sendiri atau dengan doa orang shalih yang masih hidup.
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا ﴿ الأعراف: 180 ﴾
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu” (QS. Al-A’raaf: 180).
Juga kisah tiga orang shalih yang terjebak di dalam goa lalu masing-masing bertawassul dengan amal shalihnya agar dapat dikeluarkan dari goa tersebut (HR Bukhari & Muslim).
Umar ibnul Khatthab radhiyallahu anhu pernah bertawassul kepada Abbas bin Abdul Mutthalib radhiyallahu anhu minta didoakan agar diturunkan hujan (HR Bukhari).
11. Makanan dan minuman yang dikonsumsi serta pakaian yang dikenakan harus berasal dari usaha yang halal.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam pernah bercerita tentang orang yang dalam perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu, lalu menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa:
يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ ﴿رواه مسلم والترمذي﴾
‘Ya Rabb, ya Rabb…’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya dari yang haram, dan ia dicukupi dari yang haram; lantas bagaimana mungkin dikabulkan doanya? (HR Muslim dan Tirmidzi).
12. Tidak mendoakan keburukan, baik terhadap diri sendiri, anak, keluarga maupun harta.
لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَلاَ تَدْعُوا عَلَى أَوْلاَدِكُمْ وَلاَ تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ لاَ تُوَافِقُوا مِنَ اللَّهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ ﴿رواه مسلم﴾
“Jangan sekali-kali kamu mendoakan buruk terhadap diri kamu dan juga terhadap anak-anak kamu dan terhadap harta kamu, karena dikhawatirkan doamu bertepatan dengan waktu dimana Allah mengabulkannya”. (HR. Muslim).
13. Tidak berdoa untuk suatu dosa atau memutuskan silaturrahmi dan tidak boleh tergesa-gesa minta dikabulkan.
« لاَ يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الاِسْتِعْجَالُ؟ قَالَ « يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِى فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ » رواه مسلم
“Doa seorang hamba akan senantiasa dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk berbuat dosa atau memutuskan silaturrahmi, selama ia tidak meminta dengan tergesa-gesa.” Ada yang bertanya, ‘Ya Rasulullah, apa itu isti’jal (tergesa-gesa)? Jawab beliau: “Yaitu apabila orang itu berkata, ‘Aku sudah berdoa tapi tidak juga dikabulkan Allah’. Lalu ia merasa bosan (putus asa) dan akhirnya meninggalkan doa tersebut”. (HR Muslim)
14. Tidak membebani diri dengan bersajak di dalam berdoa.
Ibnu Abbas radhiyallahu anhu pernah berkata kepada `Ikrimah: “Lihatlah sajak dari doamu, lalu hindarilah ia, karena sesungguhnya aku memperhatikan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam dan para shahabatnya tidak melakukan hal tersebut”. (HR. Al-Bukhari).
Salam Ikhlas !
—————–