1. Ikhlas karena Allah Ta’ala semata.
فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ ﴿ المؤمن: 14 ﴾
“Maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).” (QS. Al-Mu’min: 14)
2. Mengakui dosa yang telah diperbuat lalu memohon ampunan-Nya serta mengakui dan mensyukuri atas segala nikmat-Nya.
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ ﴿ آل عمران: 135 ﴾
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran: 135)
3. Merendahkan diri (tadharru”), berharap untuk dikabulkan (raghbah) dan merasa takut tidak dikabulkan (rahbah).
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ ﴿ الأنبياء: 90 ﴾
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera di dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu` kepada Kami”. (QS. Al-Anbiya’: 90).
4. Diawali dengan bertahmid dan bershalawat kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, diakhiri dengan hal yang sama.
Dari Fudhalah bin Ubaid berkata, ketika Rasulullah SAW sedang duduk (di masjid) tiba-tiba datang seseorang lalu shalat. Kemudian berdoa seraya mengucapkan “Ya Allah ampunilah aku dan .
Lantas Nabi bersabda:
عَجِلْتَ أَيُّهَا الْمُصَلِّى إِذَا صَلَّيْتَ فَقَعَدْتَ فَاحْمَدِ اللَّهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ وَصَلِّ عَلَىَّ ثُمَّ ادْعُهُ ﴿رواه الترمذي وأبو داود والنسائي، انظر صحيح الترغيب والترهيب 1643﴾
“Kamu telah tergesa-gesa. Jika selesai shalat, lalu kamu duduk (berdoa), maka memujilah kepada Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, dan bershalawatlah kepadaku, lalu berdoalah”. (HR. Tirmidzi, Abu Dawud dan Nasa’i, hadits shahih).
5. Berwudhu’ sebelum berdoa, mengangkat kedua tangan dan usahakan menghadap Kiblat.
Dari Abu Musa Al-Asy`ari Radhiallaahu anhu bahwasanya setelah Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam selesai melakukan perang Hunain, beliau minta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua tangannya (lantas berdoa) hingga aku melihat putih pada ketiak beliau”. (HR Bukhari & Muslim).
6. Bersungguh-sungguh dalam berdoa dan merasa yakin akan dikabulkan.
لاَ يَقُلْ أَحَدُكُمُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى إِنْ شِئْتَ ، ارْحَمْنِى إِنْ شِئْتَ ، ارْزُقْنِى إِنْ شِئْتَ ، وَلْيَعْزِمْ مَسْأَلَتَهُ ، إِنَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ ، لاَ مُكْرِهَ لَهُ ﴿رواه البخاري﴾
“Apabila kamu berdoa, maka janganlah mengatakan : ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau kehendaki, sayangilah aku jika Engkau kehendaki, berilah aku rezeki jika Engkau kehendaki’; hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam berdoa. Sesungguhnya Allah berbuat menurut apa yang Ia kehendaki dan tidak ada yang dapat memaksa-Nya”. (HR Bukhari).
7. Merendahkan suara di saat berdoa, yaitu antara samar dan keras.
ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، إِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا ، إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهْوَ مَعَكُمْ ﴿رواه البخاري﴾
“Kasihanilah diri kamu, karena sesungguhnya kamu tidak berdoa kepada yang tuli dan tidak pula ghaib, sesungguhnya kamu berdoa (memohon) kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu menyertaimu”. (HR. Al-Bukhari).
8. Berkonsentrasi & menghadirkan hati di saat berdoa.
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ ﴿وراه الترمذي، وحسنه الألباني فى صحيح سنن الترمذي 3479﴾
“Berdoalah kamu kepada Allah sedangkan kamu dalam keadaan yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai”. (HR. Tirmidzi, hadits hasan)….BERSAMBUNG
Salam Ikhlas !